Sisingaan
Sisingaan atau Gotong Singa (sebutan lainnya Odong-odong) merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat khas Subang, Jawa Barat, yang menggunakan media tandu sebagai sarana kreasi seni.
Sejarah
Sisingaan diciptakan pada tahun sekitar 1975 oleh para seniman sunda, Karena mengingat datangnya kesenian reyog Ponorogo ke kota tersebut yang di bawa oleh kaum Urban dari Ponorogo.
Setelah para seniman sunda berdiskusi dengan seniman Reyog yang sangat berbeda dengan reog sunda, Bahwa reyog dari Jawa timur lebih menarik perhatin dan memiliki nilai filasofi yang tinggi dan memiliki catatan sejarah melawan kolonial belanda. Maka di ciptakanlah sebuah kesenian ang mampu menunjukan identitas khas Subang dari gagasan para seniman.
Sisingaan di ilhami dari cerita serial Reyog di Jawa Timur, yang menceritakan suka cita perjalanan para pengawal raja Singa Barong dari kerajaan Lodaya saat menuju kerajaan Daha. Meskipun sang raja terkenal Bengis dan Angkuh, Tetapi para pengawal selalu setia memikul tandu yang di tiduri oleh raja singa barong.
Selain itu sebagai lambang perlawanan rakat indonesia terhadap kesewenangan Belanda yang di gambarkan sebagai sosok singa pada lambang VOC, Hal ini bertujuan sebagai edukasi pembelajaran sejarah ang menenangkan bagi para pelajar.
Pertunjukan
Sisingaan berasal dari jawa barat apalagi dari kabupaten. subang kec.
purwadadi des. neglasari. Sisingaan tersebut banyak yang berbagai jenis
sisingaan yaitu naga, elang, banteng, siluman, dan lain-lain. Lalu cara
bermain sisingaan harus membutuhan 4 orang untuk mengangkat sisingaan
tersebut terus di iringin dengan musik lalu mulai ikuti pergerakan
sisingaan dengan hanya menggoyang kaki dan badan, lalu bergoyang sambil
berjalan menuju panggung pernikahan. kalau sudah sampai ke tempat
pernikahan lalu diam di tempat yang lega lalu ber'aktrasi, tapi aktrasi
tersebut harus exterim supaya penonton tersebut tertarik melihat aktrasi
sisingaan,Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Sisingaan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug.
Penyajian
Pola penyajian Sisingaan meliputi:
- Tatalu (tetabuhan, arang-arang bubuka) atau keringan
- Kidung atau kembang gadung
- Sajian Ibingan di antaranya solor, gondang, ewang (kangsreng), catrik, kosong-kosong dan lain-lain
- Atraksi atau demo, biasanya disebut atraksi kamonesan dalam pertunjukan Sisingaan yang awalnya terinspirasi oleh atraksi Adem Ayem (genjring akrobat) dan Liong (barongsai)
- Penutup dengan musik keringan.
Musik pengiring Sisingaan pada awalnya cukup sederhana, antara lain:
Kendang Indung (2 buah), Kulanter, Bonang (ketuk), Tarompet, Goong,
Kempul, Kecrek. Karena Helaran, memainkannya sambil berdiri, digotong
dan diikatkan ke tubuh. Dalam perkembangannya sekarang memakai juru
kawih dengan lagu-lagu (baik vokal maupun intrumental), antara lain:
Lagu Keringan, Lagu Kidung, Lagu Titipatipa, Lagu Gondang,Lagu Kasreng,
Lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet rajet, Serat Salira, Madu dan
Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dll), Lagu Gurudugan,
Lagu Mapay Roko atau Mars-an (sebagai lagu penutup). Lagu lagu dalam
Sisingaan tersebut diambil dari lagu-lagu kesenian Ketuk Tilu, Doger dan
Kliningan.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sisingaan
No comments:
Post a Comment